Rabu, 08 Maret 2017

TOERI-TEORI KONSELING

Irwin Gabrella Agustin (20140220178)

1.      Teori Konseling Behavioral
Teori Behavioral berasal dari konsep yang dikembangkan oleh hasil penelitian psikologi eksperimental.  Terutama dari Pavlov dengan classical conditioningnya dan B F Skinner dengan operant conditioning nya yang berguna untuk memecahkan masalah tingkah laku abnormal yang sederhana sampai pada yang kompleks.  Dalam teori ini,menekankan kepada perilaku klien pada saat ini dan disini, dengan kata lain bahwa perilaku individu yang terjadi pada saat ini dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini. 
Pada dasar nya teori behavioral menganggap bahwa manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang determinanistik, dengan sedikitnya peran aktif untuk memilih martabatnya .  Perilaku manusia merupakan hasil respon terhadap lingkungan dengan control yang terbatas dan melalui interaksi ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian untuk memperediksikan dan mengontrol tingkah laku apabila seluruh karakateristik lingkungan yang bersangkutan diketahui.
        Konseling behavioral mempunyai tujuan diantaranya untuk menghapus pola-pola perilaku maladaptive anak dan membantu mereka mempelajari pola-pola tingkah laku yang kondusif, mengubah tingkah laku maladaptive anak dan menciptakan kondisi baru yang memungkinkan terjadinya proses belajar ulang.  Dengan kata lain tujuan konseling behavioral adalah untuk menghilangkan tingkah laku yang salah dan merubahnya menjadi tingkah laku yang sesuai dengan memberikan pengalaman belajar yang baru.
   Peran konselor dalam konseling behavioral adalah berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi sebagai guru, pengarah dan para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang  maladaptive dan menentukn prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu.

2.      Teori Psikoanalitis
Teori ini diperkenalkan oleh dokter psikiater yaitu Sigmund Frued pada tahun 1896.  Beliau berpendapat bahwa “ Struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam bawah sadar, sedangkan alam kesadaran nya dapat diumpamakan puncak gunung es yang berada di tengah laut, ketidaksadaran manusia tersebut diibaratkan seperti sebagian besar gunung es yang tidak terlihat.  Teori ini menjadi teori yang paling komprehensif yang mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yang struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan dinamika.  Teori psikoanalisis ini sering disebut psikologi dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran. 
Teori psikoanalitis memiliki ciri-ciri diantaranya menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli, pengaruh dari impuls-impuls genetic (instink), pengaruh energy libido, pengaruh pengalaman dini individu, pengaruh irrasionalitas dan sumber-sumber ketidaksadaran tingkah laku.  Frued memandang bahwa kepribadian manusia tersususn atas tiga sistem yaitu id, ego, super ego.  Ketiga sistem tersebut tidak saling mempengaruhi dan fungsinya terpisah. 
Tujuan utama konseling dalam polapikir psikoanalitis adalah membuat kesadaran (conscious) hal-hal yang tidak disadari (unconscious) konseli.  Sedangkan tujuan nya untuk membentuk kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal-hal yang tidak disadari.  Proses konseling dipusatkan pada usaha koselor agar konseli menghayati, memahami dan mengenal pengalaman masa kecilnya dimana pengalaman tersebut ditata, di diskusikan kemudian dianalisis dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian konseli dapat direkontruksikan. 
Beberapa macam teknik konseling dalam teori psikoanalitis yang bertujuan untuk membuka alam ketidaksadaran nya adalah :
1.      Asosiasi Bebas, merupakan teknik yang memberi kebebasan pada klien untuk mengatakan apa saja perasaan , pemikiran dan renungan yang ada dalam pikiran klien tanpa memandang baik buruknya atau logis tidaknya, sehingga klien dapat bebas secara terbuka mengungkapkan segala pikiranya. 
2.      Analisis Resistensi, bertujuan untuk menyadari terhadap alasan terjadinya resistensinya, konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensinya.   
3.      Teknik analisis kepribadian (Case Histories), pendekatan dinamika penyembuhan gangguan kepribadian dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitif (libido) terhadap ego dan bagaimana super ego menahan dorongan tersebut. 
4.      Analisis Mimpi, merupakan teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan memberi kesempatan pada klien untuk masalah-masalah yang belum terpecahkan. 
5.      Analisis transferensi, teknik iki mendorong klien menghidupkan kembali masa lalu nya terhadap kehidupan saat ini. 
  1. Teori Analisis Transaksional
    Teori ini dikembangkan oleh Eric Berne yang merupakan ahli dalam bidang psikiatri, ketika mengabdi di tentara Amerika serikat, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok.  Berdasarkan hasil observasinya terhadap para konseli-konseli nya, beliau membuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian psikiatri pada tahun 1950-an.  Teori analisis transaksional ini merupakan teori yang dapat digunakan untuk individual atau kelompok  Teori ini melibatkan kontak yang dikembangkan oleh konseli yang jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi, selain itu juga menfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru.  Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.  Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang
         Teori Analisis Transaksional berasumsi bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisisi hidup.  Teori ini lebih focus pada pengambilan keputusan yang dilakukan oleh klien di awal konseling serta lebih menekankan pada kapasitas konseli pada aspek operasional, kognitif dan tingkah dari pribadi masing-masing individu.  Tujuan utama dari konseling analisis transaksional ini adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah laku sekarang dan kemana arah hidupnya. 
         Dalam teori konseling analisis transaksional, ada beberapa teknik-teknik konseling, diantara nya :
a.    Kursi kosong (Empty chair), teknik ini digunakan analisis structural yang dilakukan dengan car dua kursi, cara ini dianggap cara yang paling efektif dalam mengatasi permasalahan masa lalu. 
b.   Teknik atau metode Didaktif, teknik ini lebih menekankan pada domain kognitif , prosedur mengajar dan yang menjadi dasar dalam teori ini adalah belajar. 
c.    Teknik Bermain Peran, digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain, dalam kegiatan ini, konseli berlatih dengan kelompok untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan diuji. 

4.  Teori Rational Emotive Behavior Therapy
Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute for Rational Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengganti nama Rational Emotive Therapy menjadi Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT).
Menurut Ellis, rasionalitas individu bergantung pada penilaian individu berdasarkan keinginan atau pilihannya atau berdasarkan emosi dan perasaannya. Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dengan alas an bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan
            Rational Emotive Behavior dibangun dengan atas filosofi bahwa “apa yang mengganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu bereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.  Secara umum dikatakan bahwa anak-anak dan juga binatang memiliki sejumlah keterbatasan emosi dan cenderung untuk cepat emosi. Seiring dengan pertambahan usia, maka ketika anak-anak cukup mampu menguasai bahasa secara efektif, mereka memperoleh kemampuan untuk mempertahankan emosinya dan sedapat mungkin menjaga emosi-emosinya yang terganggu. 
            Konsep dasar dalam teori ini diantaranya adalah semua pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain, masalah emosional dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan biologi, manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, manusia menyakiti diri sendiri secara kognitif emosional dan tingkah laku, ketika sesuatu yang tidak di inginkan terjadi, maka individu akan menciptakan keyakinan hal yang irrasional tentang hal tsb. 
  1. Teori Realitas
Teori  ini dikembangkan pada tahun 1965 oleh William Glasser di Clifornia.  Teori ini tidak terpaku pada kejadia masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk menghadapi kenyataan.  Teori ini juga tidak memberi perhatian leih pada alam bawah sadar seperti teori psikoanalisis.  Akan tetapi lebih menekankan pada perubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan cara merencanakan terlebih dahulu. 
Setiap manusia terdorong untuk memnuhi kebutuhan dan keinginanya, perbedaan kebutuhan dengan keinginan yaitu jika kebutuhan bersifat universal, semua orang membutuhkannya, sedangkan keinginan bersifat unik dari setiap individu.  Konseling menggunakan konsep realitas ini bertujuan untuk membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang kan datang dengan segala konsekuensinya.
Teknik-teknik yang dilakukan dalam proses onseling realistis ini dapat dilakukan dengan beberapa cara : konselor menggunakan humor dalam memecahkan masalah klien, konselor harus terlibat dalam peran yang dilakukan klien, membantu klien untuk merumuskan rencana yang akan dilakukan, konselor bertindak sebagai guru, tkan diri dengan klien untuk mencari kehidupan yang lebih efektif, Memasang batas – batas dan menyusun situasi terapi


KESIMPULAN

   
         Ada berbagai macam teori konseling diantaranya teknik konseling behavioral, psikoanalitis, teori realitas, Teori Rational Emotive Behavior Therapy, teori analisis transaksional.  Teori konseling mengatakan bahwa sikap atau perilaku seseorang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan saat ini.  Teori psikoanalisis mengungkapkan bahwa perilaku manusia sebagian besar adalah alam bawah sadar.  Teori Rational Behavior Therapi mengungkapkan bahwa semua pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.  Teori analisis transaksional berasumsi bahwa menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian..  Teori realistismengungkapkan bahwa hampir sama dengan teknik psikoanalisis namunlebih menekankan pada perubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan cara merencanakan terlebih dahulu. 

Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar